Environmentallca.my.id-
Jakarta, CNBC Indonesia – Pemberontak Suriah terus mendesak pemerintah Bashar al-Assad dengan kemajuan signifikan di medan perang. Pada Selasa (3/12/2024), mereka berhasil mendekati kota besar Hama, menandai salah satu pergerakan terbesar dalam konflik ini sejak 2020.
Langkah ini terjadi setelah mereka mengejutkan dunia dengan merebut Aleppo, kota terbesar di Suriah sebelum perang.
Menurut laporan Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, sebagaimana dikutip Reuters, kelompok pemberontak telah merebut beberapa desa di utara Hama, termasuk Maar Shahur. Keberhasilan ini memberikan tekanan besar pada pasukan Assad yang telah menguasai Hama sejak pecahnya perang pada 2011.
Media pemerintah Suriah melaporkan bahwa bala bantuan militer telah tiba untuk mempertahankan kota ini. Namun, seorang sumber pemberontak mengonfirmasi bahwa mereka kini menghadapi pasukan milisi pro-Iran di luar Hama.
Ketegangan juga meningkat karena sekutu utama Assad, yaitu Rusia dan Iran, bergerak untuk mendukungnya.
Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi menyatakan kesediaannya mengirim pasukan jika diminta oleh Damaskus. Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin menyerukan diakhirinya “agresi teroris” di Suriah.
Perdana Menteri Irak Shia al-Sudani juga menuding serangan udara Israel terhadap pemerintah Suriah sebagai faktor yang memperburuk situasi. Ia menegaskan bahwa Irak tidak akan menjadi “penonton pasif” dalam konflik ini.
Di saat tekanan meningkat di Hama, pertempuran baru juga meletus di timur laut Suriah. Pasukan Demokratik Suriah (SDF), yang didukung AS, bertempur melawan pasukan pemerintah di sepanjang jalur pasokan vital di wilayah Deir al-Zor.
SDF, yang dipimpin oleh milisi Kurdi YPG, menyatakan telah mengambil alih kendali atas tujuh desa yang sebelumnya dikuasai tentara Suriah. Namun, sumber militer Suriah mengatakan bahwa serangan SDF bertujuan memanfaatkan kelemahan pasukan pemerintah akibat kemajuan pemberontak.
Amerika Serikat, yang memiliki pangkalan kecil di wilayah tersebut, juga terlibat dalam konflik ini dengan melancarkan serangan udara untuk membela diri, meskipun tidak terkait langsung dengan kemajuan pemberontak.
Kemajuan pemberontak di Aleppo dan Hama, serta pertempuran di timur laut, mencerminkan kompleksitas geopolitik yang melibatkan berbagai kepentingan internasional.
Pertemuan menteri luar negeri Iran, Rusia, dan Turki yang direncanakan di Doha akhir pekan ini dipandang sebagai upaya diplomatik untuk mengurangi ketegangan.
Namun, dengan konsentrasi Rusia pada perang di Ukraina, serta serangan Israel yang melemahkan milisi pro-Iran, dukungan bagi Assad menjadi makin rentan. Situasi ini berpotensi mengubah keseimbangan kekuasaan di Suriah dan menambah ketidakstabilan di kawasan yang sudah dilanda konflik.
(luc/luc)
Next Article
Panas Perang Baru di Negara Arab, Rusia Turun Tangan Serbu Wilayah Ini
Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://www.cnbcindonesia.com/news/20241204062037-4-593161/panas-perang-arab-pemberontak-suriah-menggila-rusia-iran-kesulitan